Nama : Putri Utami Oktavia (153090087), kelas: B
Televisi Digital
Televisi
digital
atau DTV adalah jenis televisi yang
menggunakan modulasi digital dan
sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan
data ke
pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk
menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke
digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data
seperti komputer.
Perbedaan Televisi Digital dengan Televise
Analog
Televise analog merupakan TV
menggunakan sinyal analog dan berbentuk tube atau tabung atau CRT (Cathode Ray
Tube), yang mana sinyal tersebut menggunakan gelombang radio yang kemudian
diterjemahkan menjadi suara dan gambar. TV analog hanya mampu menampilkan gambar dengan besaran resolusi 480 pixel saja sehingga gambar tidak mampu tertampil dalam
TV berukuran besar. Sedangkan televise digital Pada penyiaran on air, DTV
dipancarkan menggunakan Ultra High Frequency (UHF) dengan spektrum radio mulai
dari 6 MHz. Kualitas gambar sangat jernih meski dalam TV berukuran kecil.
Resolusi DTV mencapai 704 pixel sehingga gambar tetap jernih meski tampil pada
layar besar. Untuk video,
karena dukungan resolusi yang tinggi, maka tampilan gambar per frame tidak akan
menghasilkan kedipan. Beda dengan TV analog yang bila dipakai untuk video dan
dipaksakan pada layar besar, gambar akan menjadi buram dan terputus-putus. DTV
juga mendukung siaran HDTV.
Dampak Televise Digital
Dari sekitar
200 juta penduduk Indonesia, 55% diantaranya menggunakan televisi sebagai media
hiburan dan perolehan informasi. Kebanyakan dari penduduk Indonesia menggunakan
tv analog, namun ada juga yang mulai menggunakan tv digital. Kehadiran tv
digital tentu membawa dampak bagi masyarakat Indonesia karena masyarakat sudah terbiasa
menggunakan tv analog. Ada beberapa hal yang dibutuhkan untuk beralih ke tv
digital, di antaranya :
Terjadinya
perpindahan dari tv analog ke tv digital dapat membuka saluran tv yang lebih
banyak sehingga memiliki konsekuensi bagi tersedianya peluang yang lebih luas
bagi lembaga penyiaran
Diperlukannya
alat pesawat televisi yang baru dengan harga yang cukup mahal sehingga
mengakibatkan dampak yang cukup besar dikarenakan masih banyak masyarakat yang
menggunakan televisi analog. Kemajuan televisi digital mau tidak mau dapat
mematikan usaha-usaha kecil yang sudah ada. Oleh karena itu, pemerintah harus
mensosialisasikan secara lebih rinci tentang televisi digital kepada
masyarakat
Mahalnya
perangkat transmisi dan perangkat operasional dalam televisi digital menyebakan
adanya dampak tersendiri bagi industri pertelevisian di Indonesia.
Pada
dasarnya, baik tv analog maupun tv digital memiliki sebuah kesamaan, yaitu
mereka sama-sama memberikan dampak psikologis terhadap pemirsanya.
Semakin baik kualitas tontonan maka akan semakin baik pula dampak psikologis
yang akan diterima oleh pemirsanya, baik orang dewasa maupun anak-anak.
Dampak positif
Banyak
manfaat yang dapat diperoleh ketika menggunakan televisi digital, antara lain:
- Mempunyai gangguan yang lebih sedikit sehingga pemirsa televisi tidak khawatir ketika cuaca sedang buruk
- Dapat memilih program yang sesuai dengan pemirsanya, misal pemirsanya anak-anak maka dapat memilih program yang kontennya hanya untuk anak-anak saja
- Pemakaian bandwith dalam televisi digital tidak sebesar pada televisi analog
- Mendapatkan tayangan yang lebih berkualitas
Dampak
negatif di antaranya :
- Adanya tv digital, secara otomatis regulasi di bidang penyiaran harus diperbaiki
- Bagi masyarakat yang menginginkan siaran tv digital harus membeli tuner yang baru dengan harga yang mahal
- Jika kanal diberikan dengan sembarangan kepada pendatang, penyelenggara tv digital harus membangun terrestrial infrastruktur dari nol maka penyelenggara televisi analog yang sudah eksis akan ditutup karena kanal yang dipakai telah habis digunakan oleh televisi digital
Prospek Masa depan Penyiaran di
Indonesia dikaitkan dengan Perkembangan Digitalisasi di Indonesia
Dilihat
dari sisi corporation interests, tentu saja perubahan ke digitalisasi penyiaran
akan menjadi bisnis besar karena permintaan hardware penyiaran yang begitu
tinggi. Dilihat dari sisi consumers interests, bagi mereka yang berpenghasilan
besar tentu saja mereka mampu membeli perubahan teknologi ini karena mereka
akan memperoleh kenikmatan dan kenyamanan baru. Namun bagi konsumen kecil,
perubahan teknologi penyiaran harus mereka bayar mahal, terutama dikaitkan
dengan penggantian pesawat televisi dan pembelian set-top boks. Meski pesawat
televisi lama masih mampu menangkap sistem digital, namun berangsur-angsur
mereka akan terpaksa membeli pesawat penerima televisi yang baru bila akan
memperoleh kualitas siaran yang prima.
Selama
ini regulasi digitalisasi penyiaran di Indonesia hanya diatur lewat Peraturan
Pemerintah, belum oleh Undang-Undang, sehingga kekuatan legalitasnya masih
terbatas. Seolah-olah urusan digitaliasi penyiaran hanya milik Departemen
Kominfo, bukan milik negara (state interests) dimana parlemen dan pemerintah
harus sepakat tentang kebijakan public di bidang penyiaran. Departemen Kominfo
sudah merencanakan pada tahun 2018 siaran tv analog sudah switch off. Di
beberapa negara maju, AS misalnya, migrasi ke digital dibiayai negara.
Dengan
adanya kemajuan dalam teknologi di Indonesia, sudah seharusnya kita merasa
bangga. Karena tidak ada lagi kata ketertinggalan dalam segi teknologi. Namun
transisi dari perpindahan TV Analog ke TV Digital tidak mudah, banyaknya
tanggapan dari masyarakat atau pengguna yang berbeda-beda. Transisi dari
pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital membutuhkan
penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran televisi. Agar
dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital. Namun, jika
ingin tetap menggunakan pesawat televisi analog, penyiaran digital dapat
ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak konverter (Set Top Box).
Ketika menggunakan pesawat televisi analog, sinyal penyiaran digital akan
dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal analog.
Dengan
demikian pengguna pesawat televisi analog tetap dapat menikmati siaran televisi
digital. Pengguna televisi analog tetap dapat menggunakan siaran analog dan
secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran digital tanpa terputus
layanan siaran yang digunakan selama ini.
Proses transisi yang berjalan secara perlahan dapat meminimalkan risiko kerugian terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi mengenai program siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi analognya menjadi televisi digital, masyarakat menerima siaran analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi operator televisi, risiko kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan membangun infrastruktur televisi analog.
Proses transisi yang berjalan secara perlahan dapat meminimalkan risiko kerugian terutama yang dihadapi oleh operator televisi dan masyarakat. Resiko tersebut antara lain berupa informasi mengenai program siaran dan perangkat tambahan yang harus dipasang tersebut. Sebelum masyarakat mampu mengganti televisi analognya menjadi televisi digital, masyarakat menerima siaran analog dari pemancar televisi yang menyiarkan siaran televisi digital.
Bagi operator televisi, risiko kerugian berasal dari biaya membangun infrastruktur televisi digital terestrial yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan membangun infrastruktur televisi analog.
Operator televisi dapat memanfaatkan
infrastruktur penyiaran yang telah dibangunnya selama ini seperti studio,
bangunan, sumber daya manusia, dan lain sebagainya apabila operator televisi
dapat menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV digital. Penerapan
pola kerja dengan calon penyelenggara digital pada akhirnya menyebabkan
operator televisi tidak dihadapkan pada risiko yang berlebihan. Di kemudian
hari, penyelenggara penyiaran televisi digital dapat dibedakan ke dalam dua
posisi yaitu menjadi penyedia jaringan, serta penyedia isi.
Televisi
digital sudah bukan barang baru untuk saat ini. Walaupun begitu televisi
digital bukan berarti pesawat TV-nya yang Digital, melainkan lebih kepada
sinyal yang dikirimkan adalah signal digital atau mungkin yang lebih tepat
adalah siaran digital (Digital Broadcasting). Kelebihan signal digital
dibanding analog adalah ketahanannya terhadap noise dan kemudahannya untuk diperbaiki
(recovery) di penerima dengan kode koreksi error . Keuntungan transmisi digital
lainnya adalah less bandwidth (atau high efficiency bandwidth) karena
interference digital channel lebih rendah, sehingga beberapa channel bisa
dikemas atau “dipadatkan” dan dihemat. Hal ini menjadi sangat mungkin karena
broadcasting TV Digital menggunakan sistem OFDM (Orthogonal Frequency Division
Multiplexing) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath
fading). Kemudian keuntungan lainnya adalah bahwa sinyal digital bisa
dioperasikan dengan daya yang rendah (less power). Itulah beberapa hal yang
sangat mengutungkan dalam TV digital. Keuntungan tersebut menghasilkan kualitas
gambar dan warna yang sangat jauh lebih bagus daripada TV analog.
(httpwww.beritaiptek.comzberita-beritaiptek-2006-01-11-Menyongsong-Era-TV-Digital.shtml.htm).
TV
Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih
baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi digital menghasilkan
pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran berada
dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. TV digital ditunjang oleh
teknologi penerima yang mampu beradaptasi sesuai dengan lingkungannya. Sinyal
digital dapat ditangkap oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan
berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan TV digital dapat diperluas. TV
digital memiliki peralatan suara dan gambar berformat digital seperti yang
digunakan kamera video.
Pada siaran televisi digital dapat menggunakan
daya yang rendah.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari teknologi analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa tersedianya saluran siaran televisi yang lebih banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru. Penyelenggara televisi digital berperan sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital sementara program siaran disediakan oleh operator lain. Bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran televisi digital mengalami perubahan dari segi pemanfaatan kanal ataupun teknologi jasa pelayanannya.
Transmisi pada TV Digital menggunakan lebar pita yang lebih efisien sehingga saluran dapat dipadatkan. Sistem penyiaran TV Digital menggunakan OFDM yang bersifat kuat dalam lalu lintas yang padat. Transisi dari teknologi analog menuju teknologi digital memiliki konsekuensi berupa tersedianya saluran siaran televisi yang lebih banyak. Siaran berteknologi digital yang tidak memungkinkan adanya keterbatasan frekuensi menghasilkan saluran-saluran televisi baru. Penyelenggara televisi digital berperan sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital sementara program siaran disediakan oleh operator lain. Bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran televisi digital mengalami perubahan dari segi pemanfaatan kanal ataupun teknologi jasa pelayanannya.
Siaran
televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi
analog dan sistem penerimaan televisi bergerak. TV Digital memiliki fungsi
interaktif dimana pengguna dapat menggunakannya seperti internet. Sistem siaran
televisi digital DVB mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan jalur kembali
antara IRD dan operator melalui modul Sistem Manajemen Subscriber. Jalur
tersebut memerlukan modem,jaringan telepon atau jalur kembali televisi kabel,
maupun satelit untuk mengirimkan sinyal balik kepada pengguna seperti pada
aplikasi penghitungan suara melalui televisi. Ada beberapa spesifikasi yang
telah dikembangkan, antara lain melalui jaringan telepon tetap (PSTN) dan
jaringan berlayanan digital terintegrasi (ISDN). Pada TV Digital digunakan untuk
siaran interaktif. Masyarakat dapat membandingkan keunggulan kualitas siaran
digital dengan siaran analog serta dapat berinteraksi dengan TV Digital.
Dampak yang timbul adanya system siaran
digital televise di Indonesia
Kemunculan
televisi digital di indonesia harus dipikirkan dampak dan konsekuensinya karena
selama ini masih banyak masyarakat yang menggunakan dan terbiasa dengan
televisi telivisi analog. Sedikit ketidaknyamanan yang mau tidak mau harus
diterima dengan peralihan ke TV digital ini adalah: Perlunya pesawat TV baru
atau paling tidak kita perlu membeli TV Tuner baru yang harganya bisa dibilang
cukup mahal. Bagaimanapun untuk bisa menyiarkan program secara digital,
perangkat pemancar memang harus diganti dengan perangkat baru yang memiliki sistem
modulasi frekuensi secara digital. Untuk mem-back up operasional sehari-hari
saja dengan tingkat persaingan antar sesama radio dan televisi swasta nasional
saja sudah sangat berat, apalagi untuk harus mengalokasikan sekian persen
pemasukan iklan untuk digunakan bagi digitalisasi.
Terjadinya
migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital, yang memiliki
konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang
lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat
memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam
industri penyiaran ini.
Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.
Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada pada anak – anak.
Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat.
Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada pada anak – anak.
Sistem penyiaran TV Digital penggunaan apliksi
teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan
tahun 90an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem
digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog
sebagai masa transisi. Sekaligus uji coba sistem tersebut sampai mendapatkan
hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan
dari negara yang mengoperasikan.
Dampak penyiaran televise Digital
Dampak
Positif
Banyak
manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital
antara lain:
• Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
• Pengurangan terhadap efek noise,
• Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
• mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun kereta api).
• Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
• Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
• Pengurangan terhadap efek noise,
• Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
• mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun kereta api).
• Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.
Dampak Negatif
Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
• Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
• Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
• Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
• Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
• Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
• Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
• Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
• Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar