Dampak Kemajuan Teknologi dalam Film
Teknologi memang menawarkan berbagai macam
kemudahan. Namun dari segala kemudahan itu tidak berarti tidak membawa dampak
bagi penggunanya. Salah satu dampak yang ditemukan adalah Mabuk akibat Game atau Film 3D.
Mabuk akibat game atau film
adalah merupakan sebuah peneltiian yang dirilis Asosiasi Dokter mata di Amerika
Serikat telah menemukan gangguan kesehatan akibat televisi dan game 3D.
Seperempat pemakainya melaporkan mengalami ketegangan mata, penglihatan kabur,
pusing, sakit kepala, atau mual setelah melihat konten 3D. Orang yang mengalami
gejala semacam mabuk tersebut sangat rentan terhadap tipuan visual yang
digunakan karena tipuan teknologi visual.
Sebagai media, film berfungsi
untuk mewujudkan komunikasi yang mencakup berbagau dase dalam kehidupan. Film
merupakan landasan pembentukan pengertian yang bertujuan mempengaruhi penerima
pesan untuk bertindak sesuai tujuan komunikasi.
Pengaruh Film sebagai Media
Pembentuk Watak dan Pribadi
Dalam kaitannya dengan perkembangan
psikologis seseorang, maka diketahui bahwa watak adalah potensi kebaikan dan
ketidakbaikan seseorang yang dibawanya sejak lahir dengan pengaruh
lingkungannya. Dalam pertumbuhan seorang anak, idola merupakan kemungkinan sosok yang akan dicontohnya. Dengan
demikian diperlukan perhatian ekstra dari pihak orangtua yang berkaitan.
Film sudah lama menjadi industri
di Amerika. Dari berbagai genre film yang ada, horror adalah genre yang
mempunyai banyak peminat. Sebut saja Halloween, walaupun film horor cenderung
penuh dengan adegan bunuh-membunuh tetapi tidak kalah seru juga dapat
mengaduk-aduk emosi penonton saat itu.
Perkembangan teknologi perfilman
membuat film horror menjadi hidup, mirip yang terjadi di alam nyata.
Adegan-adegan kekerasan bahkan adegan sadis bisa ditampilkan secara sempurna.
Terlihat alami, real. Tidak kalah dengan teknologi yang dipakai di film
bergenre action. Bedanya, kalau film-film action adalah film-film yang sangat
digemari, punya pemain-pemain film yang top sejagad raya menjadi idola banyak
orang. Sedangkan film bergenre horror? Tidak segemerlap film action tetapi
penggarapannya tetap serius.
Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa perkembangan film semakin canggih teknologi semakin sepi penonton pula.
Ini disebabkan karena penonton hanya ingin memanjakan mata saja tanpa melihat
latarbelakang pembuatan melalui teknologi seperti apa.
Sebagai contoh film horror yang
sudah dinikmati oleh penonton di Amerika, tidak menutup kemungkinan berpotensi
besar juga di Indonesia tetapi skalanya tidak lah besar.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/01/30/film-horror-amerika-semakin-sepi-penonton/ :
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD. Ini adalah salah satu dampak dari globalisasi di bidang sosial dan budaya.
Semakin bertambah globalnya berbagai nilai budaya kaum kapitalis dalam masyarakat dunia. Merebaknya gaya berpakaian barat di negara-negara berkembang. Menjamurnya produksi film dan musik dalam bentuk kepingan CD/ VCD atau DVD. Ini adalah salah satu dampak dari globalisasi di bidang sosial dan budaya.
Dalam perkembangan terkini, film
yang disukai penonton sudah bisa ditebak.
Avatar mampu meraup uang lebih dari 1 milyar Dollar Amerika Serikat selama
tayang. Dan menempati posisi empat kategori film paling laris sedunia. Semua
itu berkat teknologi 3D-nya yang memikat.
Kebanyakan film yang
mengedepankan teknologi terkini menjadi box office. Ambil contoh jamannya Matrix
yang nongol dengan teknologi spesial efek bullet time . Bahkan film yang
dibintangi oleh Keanu Reeves ini dianggap pionir teknologi tersebut.
Film Toy Story saat
dirilis tahun 1995 mampu memukau penonton di seluruh penjuru dunia lewat
kecanggihan animasinya. Gambar di film ini berbeda dengan film animasi
kebanyakan yang menggunakan 2D tahun itu.
Begitupun di film. Film laris
manis biasanya dibuat oleh sutradara yang udah asam garam bikin film.
Menonton film itu seharusnya
menghibur. Dan film animasi mampu mewujudkan keinginan tersebut. Banyak film
animasi yang mengalahkan pamor film dengan pemeran asli.
Itu adalah segelintir manisnya
dunia perfilman yang dirasakan, sebut saja keuntungannya, namun dibalik itu
ternyata ada salah satu film yang menuai kerugian.
Selain itu inilah film yang
berhasil berkibar di Negeri Orang :
Laskar
Pelangi
Film Laskar Pelangi ini sudah ditayangkan di beberapa negara
yaitu di Jerman (Berlin Internasional
Film Festival dan Frauenwelten
Tubingen), di Kanada (Montreal
Internasional Film Festival) dan Korea Selatan (Pusan Internasional Film Festival). Film ini dapat apresiasi
tinggi dari penonton, baik dari film versi Bahasa Indonesia, Bahasa Asing,
maupun versi Musikal.
Film seharusnya menjadi media yang
membawa pesan yang dapat ditangkap penontonnya. Untuk menyampaikan pesan itu
diperlukan pengolahan yang tepat dari semua aspek2nya.
Contoh
lain :
Film Avatar yang
disutradarai oleh James Cameron. Yang menarik dalam film Avatar adalah
penggunaan teknologi terbaru dalam pembuatan film 3 D. Sebagai seorang
sutradara yang handal James Cameron menginginkan film yang dibuatnya
menggunakan teknologi 3 D yang terbaik sehingga membuat film tersebut jauh
lebih baik daripada Star Wars. Dia segera menemui para
insinyur Sony untuk meminta mereka membuat sebuah kamera High Definition dengan
teknologi 3 D yang mampu untuk mengambil gambar 3 Dimensi tanpa menyebabkan
sakit kepala bagi orang yang melihatnya. Dengan demikian, dia membutuhkan
kamera dengan teknologi terbaru yang dapat memenuhi keinginannya tersebut.
Harapannya tersebut ia sandarkan pada para insinyur-insinyur Sony.
Para
penonton film 3 D diharuskan untuk menggunakan kacamata polarisasi agar mereka
dapat melihat efek tiga dimensi dari Film yang mereka lihat. Dalam film Avatar
kacamata polarisasi merupakan sebuah perkemabangan dalam film 3 D yang
sebelumnya hanya menggunakan kacamata berlensa merah dan hijau. Berbeda dengan kacamata untuk menonton film 3 D, kacamata polarisasi
terlihat bening sama seperti kacamata biasa.
Film ini
menggunakan teknologi capture information, yang cara membuatnya dengan
menggunakan komputerisasi dari image aksi manusia yang sesungguhnya. Film ini
menggunakan studio yang merupakan perumpamaan dari planet Pandora tempat dimana
setting cerita dilakukan. Sutradara James Cameron membuat film ini dalam 3 D
(tiga Dimensi) dengan menggunakan kamera film dengan teknologi terbaru, yang
bisa menghasilkan gambar stereoscopic 3 D. Gambar stereoscopic merupakan gambar
dimana ketika kita melihat pada layar maka seolah-olah kita merasa bahwa gambar
tersebut sangat dekat. Metode pengambilan gambar 3 D stereoscopic pertama kali
ditemukan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1840. Stereoscopy digunakan
banyak dalam photogrammetry serta di dalam dunia entertainment melalui produksi
stereograms. Dalam membuat filmnya, James Cameron menggunakan 2 kamera ringan
dengan berat hanya 50 pound, teknologi kamera tersebut akan dipadukan dengan
menggunakan komputer. Tidak seperti teknologi 3 D yang pernah ada, yang
menangkap dot yang ada dimuka manusia untuk membuat perubahan emosi yang
direkonstruksi dengan cara digital. Pada pembuatan film avatar
pengambilan gambar setiap detailnya akan dianalisa seperti pori-pori dan
keriput untuk membantu membuat tokoh yang ditampilkan terlihat lebih nyata dan
jelas. Tentu saja semua teknologi tersebut menggunakan bantuan teknologi
komputer yang sangat canggih. Teknologi kamera yang digunakan merupakan
gabungan dari dua jenis kamera sehingga membuat pengambilan gambar yang
dilakukan mampu memberikan perspektif pengambilan gambar manusia dari tiga
perspektif. Difilmkan dengan menggunakan 197 kamera sekaligus secara bersamaan,
dan real-time. Hal ini tentu saja akan
membuat gambar yang diambil menjadi lebih jelas dan lebih baik.
Kesimpulan :
Dalam perkembangan yang terjadi di dunia teknologi yang selebihnya dapat
digunakan dalam dunia perfilman menimbulkan banyak sekali dampak. Dalam hal ini
dari dilihat dari segi penonton dimana penonton menginginkan tontonan,
dalam hal ini adalah film, film yang berselera tinggi menggunakan teknologi
tercanggih akan menyedot banyak penonton. Adegan yang ditampilkan yang
dikreasikan menggunakan perpaduan teknologi yang berapi-api semakin memperlihatkan
kenyataan dalam film tersebut. Dari segi Industri Film juga tidak
dipungkiri akan menuai keuntungan banyak yaitu dana yang dikeluarkan berlimpah
akan kembali lagi dengan terkumpulnya dana yang dihasilkan dari film hasil
perpaduan teknologi yang mutakhir. Tidak menutup kemungkinan juga selain meraup
untung yang sedemikian rupa, orang-orang dibelakang layar juga akan terbang
dengan keuntungan. Ada juga kerugian yang dihasilkan dari perpaduan teknologi
tersebut, seperti diceritakan dalam film John Carter walaupun dilengkapi
dengan efek khusus yang canggih sekalipun tidak memukau penonton. Jadi bisa
disimpulkan perpaduan teknologi tidak semuanya dapat memukau penonton. Dan
dapat dipastikan akan menjadi bumerang sendiri bagi industri film (si pembuat
film).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar